Sabtu, 29 Oktober 2016

Kajian Abreviasi

ABREVIASI
(Pemakaian Abreviasi dalam Bahasa Indonesia)

A.    Pendahuluan
Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang menyelidiki seluk beluk kata. Oleh karena itu, tidak heran apabila di dalamnya terdapat pembahasan mengenai abreviasi. Didalam abreviasi kita akan mempelajari mengenai pemenggalan, akronim, kontraksi, dan penyingkatan. Membuat klasifikasi atas bentuk-bentuk pemendekan bukanlah hal yang mudah. Pada berbagai bentuk pemendekan, sering terjadi tumpang tindih, baik berupa lambang huruf maupun pada singkatan akronim. Dalam bahasa indoneia terdapat bentuk-bentuk kependekan, kependekan-kependekan itu tidak menimbulkan kesukaran pada para pemakai bahasa.
Bentuk kependekan dalam bahasa indonesia muncul karena terdesaknya oleh kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat. Kebutuhan ini paling terasa di bidang teknis, seperti cabang-cabang ilmu, kepaduan, angkatan bersenjata, dan kemudian menjalar kebahasa sehari-hari. Kemudian disini kami akan membahas mengenai jenis-jenis dari abreviasi, makna, dan juga kesalahan kesalahan abreviasi menurut pandangan Harimurti Kridalaksana.
Dalam bahasa indonesia terdapat bentuk-bentuk kependekan seperti ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), dsb (dan sebagainya), dng (dengan), Deppen (Departemen Penerangan), Rudal (peluru kendali). Kepeendekan-kependekan itu tidak menimbulkan kesukaran pada para pemakai bahasa. Kesulitan barulah timbul dalam menghadapi kependekan yang jarang dipakai atau dipakai dalam bidang yang amat khusus. Pemakai bahasa indonesia menyimpan beratus-ratus bentuk kependekan dalam per bendaharaan katanya tanpa memperhatikan sistematik pembentukannya ataupun melihat hubungan antara bentuk kependekan dan kepanjanganya.
Menurut buku Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia karya Harimurti Kridalaksana abreviasi merupakan proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau  kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain untuk abreviasi ialah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan. Sinonim istilah-istilah itu dipergunakan dalam buku ini dengan sengaja. Bentuk kependekan sering berasosiasi dengan kata atau frase penuh lain karena pemakai bahasa ingin membentuk kependekan yang mirip sekurang-kurangnya dalam bunyi, dalam bentuk lain, supaya maknanyapun mirip.
Kemudian mengenai jenis-jenis dari abreviasi menurut Harimurti Kridalaksana. Jenis-jenis tersebut ialah:
1.      Singkatan
2.      Penggalan
3.      Akronim
4.      Kontraksi
5.      Lambang huruf

B.     Kajian Teori
1.      Pengertian Abreviasi
Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain untuk abreviasi ialah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan. Sinonim istilah-istilah itu dipergunakan dalam buku ini dengan sengaja. (Harimukti Kridalaksana, 2010:159).
Abreviasi adalah pemendekan bentuk yang lengkap, bentuk singkatan tertulis sebagai pengganti kata atau frase. (KBBI, 2002: 3).
Abreviasi adalah proses morfologis yang mengubah leksem atau gabungan leksem menjadi kependekan. Pemendekan kata (abreviasi) merupakan salah satu cara proses pembentukan kata, yakni dengan menyingkat kata menjadi huruf, bagian kata, atau gabungan sehingga membentuk sebuah kata. Pembentukan kata melalui abreviasi ini meliputi singkatan, akronim, dan lambang. (Zaenal Arifin, Junaiyah H. M, 2009: 13).
 (http://bebekkecil27.blogspot.com/2011/12/makalah-abreviasi.html)

2.      Jenis-jenis Abreviasi
Jenis-jenis abreviasi dalam buku Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia karya Harimurti Kridalaksana ialah:

1.      Singkatan, yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf, seperti:

·         DKI (Daerah Khusus Ibu Kota), dan
·         KKN (Kuliah Kerja Nyata)
Maupun yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti:
·         dll (dan lain-lain)
·         dng (dengan)
·         dst (dan seterusnya)
2.      Penggalan, yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem, seperti:
·         Prof (Profesor)
·         Bu (Ibu)
·         Pak (Bapak)
3.      Akronim, yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik indonesia, seperti:
·         FKIP /efkip/ dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/
·         ABRI          /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/
·         AMPI          /ampi/ dan bukan /a/, /em/, /pe/. /i/
4.      Kontraksi, yaitu proses pemenggalan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem, seperti:
·         Tak           dari         tidak
·         Takkan      dari         tidak akan
·         Sendratari      dari     Seni drama dan tari
5.      Lambang Huruf, yaitu proses pemendekan yaang menghasilkan satu huruf atau leih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan unsur, seperti:
·         G   (gram)
·         Cm   (sentimeter)
Bentuk ini disebut lambang karena dalam perkembangan nya tidak dirasakan lagi asosiasi linguistik antara bentuk itu dengan kepanjangannya.



3.      Morfem Visual dan Morfem Audiftif
Morfem visual merupakan bentuk bahasa satuan yang tidak pernah dilafalkan. Dalam kaitanya dengan kependekan, yang termasuk dalam morfem visual adalah bentuk singkatan yang tidak dieja huruf demi huruf seperti dll. Bentuk dll hanya terdapat dalam bentuk tulis dan yang dilafalkan selalu bentuk kepanjanganya dan lain-lain. Antara dll dan dan lain-lain terdapat relasi yang tetap dan teratur, keduanya mengacu pada referen yang sama di luar bahasa. Contoh singkatan yang masuk dalam morfem visual antara lain dsb, dst, dng, tgl, hlm, bhw, dan a.l.
Morvem auditif merupakan bentuk bahasa satuan yang dapat dilafalkan sesuai dengan bentuk grafennya, yang termasuk dalam morfem auditif adalah bentuk singkatan yang dapat dieja huruf demi huruf. Misalnya, PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia).


4.      Alomorf dan Aloleks
Hubungan antara sebuah bentuk kependekan dan bentuk kepanjangan dapat dilihat daari dua sehi, yaitu:
·         Sebuah bentuk kependekan dapat diaanggap alomorf dari bentuk instruksi Presiden. Bentuk kependekan dianggap sebagai sebuah morfem tersendiei dan bentuk kepanjanganya merupakan morfem atau gabungan morfem yang lain. Namun, keduanya menunjukan pada referen yang sama dan mempunyai makna yang sama. Hubungan antara keduanya serupa dengan sinonim.
·         Sebuah bentuk kependekan dapat dianggap sebagai aloleks dari bentuk kepanjanganya. Misalnya, konstruksi intruksi presiden dilihat sebagai leksem-leksem yang berpadu menjadi satu gabungan leksem, sehingga inpres disebuat aloleks dari bentuk kepanjanganya. Inpres dianggap sebagai konstruksi yang terbentuk dari dua leksem, yaitu in dan Pres, dengan pelepasan sebagai leksem yang membentuk paduan itu.

5.      Klasifikasi Bentuk-bentuk Kependekan
a.      Singkatam
Bentuk-bentuk singkatan terjadi karena proses-proses berikut:
1.      Penggalan huruf pertama tiap komponen. Misalnya: H = Haji, AA = Asia-Afrika, RS = Rumah Sakit.
2.      Pengekalan huruf pertama dengan pelepasan konjungsi, preposisi, reduplikasi, dan artikulasi kata. Misalnya: IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3.      Pengulangan huruf pertama dengan bilangan bila berulang. Misalnya 3D = Dilihat, diraba, diterawang.
4.      Pengekalan dua huruf pertama dari kata.
Misalnya: Ny = Nyonya, Wa = wakil.
5.      Pengekalan tiga huruf pertama dari sebuah kata.
Misalnya: Okt = Oktober.
6.      Pengekalan empat huruf pertama dari sebuah kata.
Misalnya: Sekr = Sekertaris, sept = September.
7.      Pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir kata.
Misalnya: Ir = Insinyur.
8.      Pengekalan huruf pertama dan huruf ketiga.
Misalnya: gn = gunung.
9.      Pengekalan huruf pertama dan terakhir dari suku kata pertama dan huruf pertama dari suku kata kedua.
Misalnya: kpt = kapten.
10.  Pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata.
Misalnya: VW = Volkswagen.
11.  Pengekalan dua huruf pertama dari kata pertama dan huruf pertama kata kedua dalam suatu gabungan kata.
Misanya: Swt = Swatantra.
12.  Pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suatu kata.
Misalnya: bdg = Bandung, Tgl = Tanggal
13.  Pengekalan huruf pertama dari setiap suku kata.
Misalnya: hlm = Halaman.
14.  Pengekalan huruf pertama dan huruf keempat dari suatu kata.
Misalnya: DO = Depot.
15.  Pengekalan huruf yang tidak beraturan.
Misalnya: Kam = Keamanan.

b.      Akronim dan Kontraksi
Akronim dan kontraksi sukar dibedakan, sering tumpang tindih. Sebagai pegangan dapat ditentukan bahwa bila seluruh kependekan itu dilafalkan sebagai kata wajar, kependekan itu merupakan akronim. Akronim dapat terjadi karena proses-proses berikut:

1.      Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya: ABRI = Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
2.      Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya: Akabri = Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
3.      Akronim yang bukan nama diri yang berupa huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya: Pemilu = Pemilihan Umum.

c.       Penggalan
1.      Penggalan suku pertama dari suatu kata.
Misalnya: Dok = Dokter.
2.      Pengekalan suku terakhir suatu kata.
Misalnya: Pak = Bapak.
3.      Pengekalan tiga huruf pertama dari suatu kata.
Misalnya: Dep = Departemen.
4.      Pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata.
Misalnya: Prof = Profesor
5.      Pengekalan kata terakhir dari suatu prasa.
Misalnya: Ekspres = Kereta api ekspres.
6.      Pelesapan sebagian kata.
Misalnya: bahwa sesungguhnya = bahwasanya.

d.      Lambang Huruf
Lambang huruf dapat diklasifikasikan menjadi:
1.      Lambang huruf yang menandai bahan kimia atau bahan lain.
2.      Lambang huruf yang menandai ukuran.
3.      Lambang huruf yang menyatakan bilangan.
4.      Lambang huruf yang menandai kota/negara/alat angkutan.
5.      Lambang huruf yang meyatakan uang.
6.      Lambang huruf yang dipakai dalam berita kawat.
                         



Simpulan
Abreviasi merupakan salah satu prosede yang ada dalam bidang kajian morfologis. Abreviasi diartikan sebagai proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain untuk abreviasi ialah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan. (Harimukti Kridalaksana, 2010:159). Secara umum pemendekan kata dapat dibedakan menjadi empat. Yaitu, pemenggalan, akronim, kontraksi, dan penyingkatan.
Pemenggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari kata atau leksem. Akronim yanitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf yang ditulis menjadi sebuah kata. Kontraksi adalah proses pemendekan dengan meringkaskan gabungan leksem dasar atau gabungan fonem. Sedangkan penyingkatan yaitu proses pemendekan yang menghasilkan kata yang berupa gabungan huruf.
Kami menghasilkan pengertian sendiri bahwa abreviasi itu merupakan cara mempermudah. Mengapa kami sebut mempermudah? Disini kami berfikir bahwa abreviasi merupakan proses penghilangan huruf dalam suatu kata atau beberapa kata agar mempermudah penulisan atau pengucapan.


Daftar Pustaka
Ø  Kridalaksana, Harimukti. 2010. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama



Tidak ada komentar:

Posting Komentar