ABREVIASI
(Pemakaian
Abreviasi dalam Bahasa Indonesia)
A. Pendahuluan
Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa
yang menyelidiki seluk beluk kata. Oleh karena itu, tidak heran apabila di
dalamnya terdapat pembahasan mengenai abreviasi. Didalam abreviasi kita akan
mempelajari mengenai pemenggalan, akronim, kontraksi, dan penyingkatan. Membuat
klasifikasi atas bentuk-bentuk pemendekan bukanlah hal yang mudah. Pada
berbagai bentuk pemendekan, sering terjadi tumpang tindih, baik berupa lambang
huruf maupun pada singkatan akronim. Dalam bahasa indoneia terdapat bentuk-bentuk
kependekan, kependekan-kependekan itu tidak menimbulkan kesukaran pada para
pemakai bahasa.
Bentuk kependekan dalam bahasa indonesia muncul
karena terdesaknya oleh kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat.
Kebutuhan ini paling terasa di bidang teknis, seperti cabang-cabang ilmu,
kepaduan, angkatan bersenjata, dan kemudian menjalar kebahasa sehari-hari. Kemudian
disini kami akan membahas mengenai jenis-jenis dari abreviasi, makna, dan juga
kesalahan kesalahan abreviasi menurut pandangan Harimurti Kridalaksana.
Dalam bahasa indonesia terdapat bentuk-bentuk
kependekan seperti ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), dsb (dan sebagainya), dng (dengan), Deppen (Departemen Penerangan), Rudal
(peluru kendali). Kepeendekan-kependekan itu tidak menimbulkan kesukaran pada
para pemakai bahasa. Kesulitan barulah timbul dalam menghadapi kependekan yang
jarang dipakai atau dipakai dalam bidang yang amat khusus. Pemakai bahasa
indonesia menyimpan beratus-ratus bentuk kependekan dalam per bendaharaan katanya
tanpa memperhatikan sistematik pembentukannya ataupun melihat hubungan antara
bentuk kependekan dan kepanjanganya.
Menurut buku
Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia karya Harimurti Kridalaksana abreviasi
merupakan proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru
yang berstatus kata. Istilah lain untuk abreviasi ialah pemendekan, sedang
hasil prosesnya disebut kependekan. Sinonim istilah-istilah itu dipergunakan
dalam buku ini dengan sengaja. Bentuk kependekan sering berasosiasi dengan kata
atau frase penuh lain karena pemakai bahasa ingin membentuk kependekan yang
mirip sekurang-kurangnya dalam bunyi, dalam bentuk lain, supaya maknanyapun
mirip.
Kemudian mengenai jenis-jenis dari abreviasi menurut
Harimurti Kridalaksana. Jenis-jenis tersebut ialah:
1.
Singkatan
2.
Penggalan
3.
Akronim
4.
Kontraksi
5.
Lambang
huruf
B. Kajian
Teori
1. Pengertian
Abreviasi
Abreviasi adalah proses
penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga
jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain untuk abreviasi ialah
pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan. Sinonim istilah-istilah
itu dipergunakan dalam buku ini dengan sengaja. (Harimukti Kridalaksana,
2010:159).
Abreviasi adalah
pemendekan bentuk yang lengkap, bentuk singkatan tertulis sebagai pengganti
kata atau frase. (KBBI, 2002: 3).
Abreviasi adalah proses
morfologis yang mengubah leksem atau gabungan leksem menjadi kependekan.
Pemendekan kata (abreviasi) merupakan salah satu cara proses pembentukan kata,
yakni dengan menyingkat kata menjadi huruf, bagian kata, atau gabungan sehingga
membentuk sebuah kata. Pembentukan kata melalui abreviasi ini meliputi
singkatan, akronim, dan lambang. (Zaenal Arifin, Junaiyah H. M, 2009: 13).
(http://bebekkecil27.blogspot.com/2011/12/makalah-abreviasi.html)
2. Jenis-jenis
Abreviasi
Jenis-jenis abreviasi dalam buku Pembentukan Kata
dalam Bahasa Indonesia karya Harimurti Kridalaksana ialah:
1.
Singkatan, yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa
huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf, seperti:
·
DKI
(Daerah Khusus Ibu Kota), dan
·
KKN
(Kuliah Kerja Nyata)
Maupun yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti:
·
dll (dan lain-lain)
·
dng (dengan)
·
dst (dan seterusnya)
2.
Penggalan, yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah
satu bagian dari leksem, seperti:
·
Prof
(Profesor)
·
Bu
(Ibu)
·
Pak
(Bapak)
3.
Akronim, yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf
atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata
yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik indonesia, seperti:
·
FKIP
/efkip/ dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/
·
ABRI /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/
·
AMPI /ampi/ dan bukan /a/, /em/, /pe/. /i/
4.
Kontraksi, yaitu proses pemenggalan yang meringkaskan leksem
dasar atau gabungan leksem, seperti:
·
Tak dari tidak
·
Takkan dari tidak
akan
·
Sendratari dari
Seni drama dan tari
5.
Lambang Huruf, yaitu proses pemendekan yaang menghasilkan satu
huruf atau leih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan unsur,
seperti:
·
G (gram)
·
Cm (sentimeter)
Bentuk ini disebut lambang karena dalam perkembangan
nya tidak dirasakan lagi asosiasi linguistik antara bentuk itu dengan
kepanjangannya.
3. Morfem
Visual dan Morfem Audiftif
Morfem visual merupakan bentuk bahasa satuan yang
tidak pernah dilafalkan. Dalam kaitanya dengan kependekan, yang termasuk dalam
morfem visual adalah bentuk singkatan yang tidak dieja huruf demi huruf seperti
dll. Bentuk dll hanya terdapat dalam bentuk tulis dan yang dilafalkan selalu
bentuk kepanjanganya dan lain-lain. Antara dll dan dan lain-lain terdapat
relasi yang tetap dan teratur, keduanya mengacu pada referen yang sama di luar
bahasa. Contoh singkatan yang masuk dalam morfem visual antara lain dsb, dst,
dng, tgl, hlm, bhw, dan a.l.
Morvem auditif merupakan bentuk bahasa satuan yang
dapat dilafalkan sesuai dengan bentuk grafennya, yang termasuk dalam morfem
auditif adalah bentuk singkatan yang dapat dieja huruf demi huruf. Misalnya,
PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia).
4. Alomorf
dan Aloleks
Hubungan antara sebuah
bentuk kependekan dan bentuk kepanjangan dapat dilihat daari dua sehi, yaitu:
·
Sebuah
bentuk kependekan dapat diaanggap alomorf dari bentuk instruksi Presiden.
Bentuk kependekan dianggap sebagai sebuah morfem tersendiei dan bentuk
kepanjanganya merupakan morfem atau gabungan morfem yang lain. Namun, keduanya
menunjukan pada referen yang sama dan mempunyai makna yang sama. Hubungan
antara keduanya serupa dengan sinonim.
·
Sebuah
bentuk kependekan dapat dianggap sebagai aloleks dari bentuk kepanjanganya.
Misalnya, konstruksi intruksi presiden dilihat sebagai leksem-leksem yang
berpadu menjadi satu gabungan leksem, sehingga inpres disebuat aloleks dari
bentuk kepanjanganya. Inpres dianggap sebagai konstruksi yang terbentuk dari
dua leksem, yaitu in dan Pres, dengan pelepasan sebagai leksem yang membentuk
paduan itu.
5. Klasifikasi
Bentuk-bentuk Kependekan
a. Singkatam
Bentuk-bentuk
singkatan terjadi karena proses-proses berikut:
1.
Penggalan
huruf pertama tiap komponen. Misalnya: H = Haji, AA = Asia-Afrika, RS = Rumah
Sakit.
2.
Pengekalan
huruf pertama dengan pelepasan konjungsi, preposisi, reduplikasi, dan
artikulasi kata. Misalnya: IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3.
Pengulangan
huruf pertama dengan bilangan bila berulang. Misalnya 3D = Dilihat, diraba,
diterawang.
4.
Pengekalan
dua huruf pertama dari kata.
Misalnya: Ny = Nyonya, Wa = wakil.
Misalnya: Ny = Nyonya, Wa = wakil.
5.
Pengekalan
tiga huruf pertama dari sebuah kata.
Misalnya: Okt = Oktober.
Misalnya: Okt = Oktober.
6.
Pengekalan
empat huruf pertama dari sebuah kata.
Misalnya: Sekr = Sekertaris, sept = September.
Misalnya: Sekr = Sekertaris, sept = September.
7.
Pengekalan
huruf pertama dan huruf terakhir kata.
Misalnya: Ir = Insinyur.
Misalnya: Ir = Insinyur.
8.
Pengekalan
huruf pertama dan huruf ketiga.
Misalnya: gn = gunung.
Misalnya: gn = gunung.
9.
Pengekalan
huruf pertama dan terakhir dari suku kata pertama dan huruf pertama dari suku
kata kedua.
Misalnya:
kpt = kapten.
10. Pengekalan huruf pertama kata pertama
dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata.
Misalnya:
VW = Volkswagen.
11. Pengekalan dua huruf pertama dari kata
pertama dan huruf pertama kata kedua dalam suatu gabungan kata.
Misanya:
Swt = Swatantra.
12. Pengekalan huruf pertama suku kata
pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suatu kata.
Misalnya:
bdg = Bandung, Tgl = Tanggal
13. Pengekalan huruf pertama dari setiap
suku kata.
Misalnya: hlm = Halaman.
Misalnya: hlm = Halaman.
14. Pengekalan huruf pertama dan huruf
keempat dari suatu kata.
Misalnya: DO = Depot.
Misalnya: DO = Depot.
15. Pengekalan huruf yang tidak beraturan.
Misalnya: Kam = Keamanan.
Misalnya: Kam = Keamanan.
b. Akronim
dan Kontraksi
Akronim dan kontraksi sukar dibedakan, sering
tumpang tindih. Sebagai pegangan dapat ditentukan bahwa bila seluruh kependekan
itu dilafalkan sebagai kata wajar, kependekan itu merupakan akronim. Akronim
dapat terjadi karena proses-proses berikut:
1.
Akronim
nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI = Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
2.
Akronim
nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri = Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
3.
Akronim
yang bukan nama diri yang berupa huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya: Pemilu = Pemilihan Umum.
Misalnya: Pemilu = Pemilihan Umum.
c. Penggalan
1.
Penggalan
suku pertama dari suatu kata.
Misalnya: Dok = Dokter.
Misalnya: Dok = Dokter.
2.
Pengekalan
suku terakhir suatu kata.
Misalnya: Pak = Bapak.
Misalnya: Pak = Bapak.
3.
Pengekalan
tiga huruf pertama dari suatu kata.
Misalnya: Dep = Departemen.
Misalnya: Dep = Departemen.
4.
Pengekalan
empat huruf pertama dari suatu kata.
Misalnya: Prof = Profesor
Misalnya: Prof = Profesor
5.
Pengekalan
kata terakhir dari suatu prasa.
Misalnya: Ekspres = Kereta api ekspres.
Misalnya: Ekspres = Kereta api ekspres.
6.
Pelesapan
sebagian kata.
Misalnya: bahwa sesungguhnya = bahwasanya.
Misalnya: bahwa sesungguhnya = bahwasanya.
d. Lambang
Huruf
Lambang huruf dapat diklasifikasikan menjadi:
1.
Lambang
huruf yang menandai bahan kimia atau bahan lain.
2.
Lambang
huruf yang menandai ukuran.
3.
Lambang
huruf yang menyatakan bilangan.
4.
Lambang
huruf yang menandai kota/negara/alat angkutan.
5.
Lambang
huruf yang meyatakan uang.
6.
Lambang
huruf yang dipakai dalam berita kawat.
Simpulan
Abreviasi merupakan
salah satu prosede yang ada dalam bidang kajian morfologis. Abreviasi diartikan
sebagai proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi
leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain untuk
abreviasi ialah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan.
(Harimukti Kridalaksana, 2010:159). Secara umum pemendekan kata dapat dibedakan
menjadi empat. Yaitu, pemenggalan, akronim, kontraksi, dan penyingkatan.
Pemenggalan yaitu
proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari kata atau leksem.
Akronim yanitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf yang ditulis menjadi
sebuah kata. Kontraksi adalah proses pemendekan dengan meringkaskan gabungan
leksem dasar atau gabungan fonem. Sedangkan penyingkatan yaitu proses
pemendekan yang menghasilkan kata yang berupa gabungan huruf.
Kami menghasilkan
pengertian sendiri bahwa abreviasi itu merupakan cara mempermudah. Mengapa kami
sebut mempermudah? Disini kami berfikir bahwa abreviasi merupakan proses
penghilangan huruf dalam suatu kata atau beberapa kata agar mempermudah
penulisan atau pengucapan.
Daftar
Pustaka
Ø
Kridalaksana, Harimukti. 2010.
Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar